Islam Web

  1. Fatwa
  2. KEUTAMAAN DAN KEMULIAAN
  3. Keutamaan Tempat
  4. Mekah dan Madinah
Cari Fatwa

Para Pembangun Ka`bah Sepanjang Sejarah

Pertanyaan

Siapakah yang membangun Ka`bah?

Jawaban

Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah beserta keluarga dan para shahabat beliau.

Ka`bah dibangun beberapa kali, sebagiannya disepakati kebenarannya oleh para ulama, dan sebagian yang lain masih menjadi perdebatan. Adapun pembangunan yang disepakati kebenarannya adalah:

  1. Pembangunan oleh Nabi Ibrahim—`Alaihis salâm;
  2. Pembangunan oleh Kaum Quraisy;
  3. Pembangunan oleh Ibnuz Zubair;
  4. Pembangunan oleh Al-Hajjâj ibnu Yusuf, dengan izin Abdul Malik ibnu Marwan.

Adapun pembangunan yang masih diperdebatkan kebenarannya oleh para ulama adalah:

  1. Pembangunan oleh Nabi Adam—`Alaihis salâm;
  2. Pembangunan oleh para Malaikat sebelum Nabi Adam;
  3. Pembangunan oleh Syîts putra Adam;
  4. Pembangunan oleh Kaum `Amâliqah setelah Nabi Ibrahim;
  5. Pembangunan oleh suku Jurhum setelah `Amâliqah;
  6. Pembangunan oleh Qushai ibnu Kilâb setelah Jurhum;
  7. Pembangunan oleh Abdul Muththalib setelah Qushai.

Terdapat perbedaan pendapat tentang siapa yang pertama kali membangunnya. Satu pendapat mengatakan bahwa Allah-lah yang membangunnya untuk Nabi Adam, dan tidak ada seorang pun manusia yang membangunnya pertama kali. Pendapat lain mengatakan bahwa ia dibangun oleh para Malaikat sebelum Nabi Adam, kemudian Nabi Adam membangunya kembali. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Syîts putra Adamlah yang membangunnya pertama kali. Sementara pendapat lain menyebut Ibrahim—`Alaihis salâm—sebagai pembangunnya pertama kali.

Ada dua pendapat yang paling dekat dengan kebenaran:

Pertama, bahwa Ka`bah dibangun oleh Nabi Ibrahim—`Alaihis salâm. Ini adalah pendapat Ibnu Katsir. Ia mengatakan, "Ibnu Abbas berkata: 'Kalaulah manusia tidak mengunjungi Ka`bah ini, niscaya Allah akan meruntuhkan langit ke atas bumi ini'. Tidaklah kemuliaan ini ada melainkan karena kemuliaan orang yang membangunnya pertama kali, yaitu Khalîlur Rahmân (Ibrahim—`Alaihis salâm), sebagaimana disebutkan dalam firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya): 'Dan (ingatlah) ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): 'Janganlah engkau mempersekutukan Aku dengan apa pun.' [QS. Al-Hajj: 26]. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—juga berfirman (yang artinya): 'Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia adalah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) Maqam Ibrahim; Barang siapa yang memasukinya (Baitullah itu) niscaya menjadi amanlah ia.' [QS. Âli `Imrân: 96-97]."

Mereka yang mengambil pendapat ini juga berdalil dengan firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya): "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membangun) dasar-dasar Baitullah bersama Isma`il (seraya berdoa): 'Wahai Tuhan Kami, terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau Maha mendengar lagi Maha Mengetahui'." [QS. Al-Baqarah: 127]. Dan tidak ada riwayat yang shahîh dari Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—yang menyatakan bahwa Ka`bah telah dibangun sebelum itu.

Pendapat Kedua: Ka`bah dibangun oleh Adam—`Alaihis salâm. Mereka yang mengambil pendapat ini berdalil dengan hadits marfû' (sampai kepada Nabi) yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi dalam kitab Dalâ'il An-Nubuwwah, dari Umar. Dalam riwayat ini, disebutkan kisah Adam—`Alaihis salâm—membangun Ka`bah. Tetapi sanad riwayat ini lemah. Namun hadits yang sama diriwayatkan secara mauqûf (hanya sampai kepada shahabat) dari Ibnu Abbas dan para shahabat yang lain, sebagaimana disebutkan oleh Al-Azraqi, Abu Asy-Syaikh, dan Ibnu `Asâkir.

Pendapat yang kedua ini dinukilkan dari Muhammad ibnu Ka`ab Al-Qurazhi, `Athâ', dan lain-lain, kemudian dirajihkan oleh Az-Zurqâni dalam Syarh-nya terhadap kitab Al-Muwaththa'. Ia berkata, "Riwayat-riwayat ini saling menguatkan satu sama lain, dan termasuk perkara-perkara yang tidak bisa direkayasa oleh akal."

Wallâhu a`lam.

Fatwa Terkait

Cari Fatwa

Anda dapat mencari fatwa melalui banyak pilihan

Today's most read