Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Bulan Ramadhân, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, serta pembeda (antara yang hak dan yang batil)." [QS. Al-Baqarah: 185]
Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah melainkan Allah akan menjauhkan dengan puasa itu wajahnya dari api Neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun". [HR. Al-Bukhâri dan Muslim.]
Rutinitas yang konstan dan dan aktivitas yang monoton dalam hidup akan mendatangkan perasaan jenuh dan bosan. Akibatnya, Anda melihat banyak orang yang merasa jenuh dengan hidup mereka. Tetapi Islam memberikan rasa yang beragam dalam hidup ini, sehingga segala bentuk kebosanan dalam menjalani hidup pun sirna, dan terwujudlah kehidupan yang indah, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya): "Maka sesungguhnya akan Kami berikan kepada mereka kehidupan yang baik."
Shalat lima waktu merupakan sarana untuk memutus rutinitas harian yang monoton. Shalat Jumat, salah satu faedahnya adalah menghilangkan kemonotonan kegiatan dalam satu pekan. Malam Lailatul Qadar juga mendobrak kemonotonan malam-malam yang dilalui manusia. Begitu juga bulan Ramadhân, sejatinya ia datang untuk menghilangkan kemonotonan perjalanan hidup satu tahun. Di masing-masing halte ini, manusia dapat memperbarui hidupnya. Ia dapat menemukan spirit-spirit baru yang dapat mengembalikannya ke jalur perjalanan yang benar.
Bulan Ramadhân merupakan halte pemberhentian terbesar, karena pada bulan ini, Allah membantu para hamba-Nya dengan membelenggu Syetan-syetan serta mengulurkan tangan-Nya untuk memberikan banyak karunia.
Ramadhân merupakan karunia dan anugerah Allah kepada alam semesta. Pada bulan ini, seorang hamba dapat memperbarui hidupnya sekaligus membangkitkan semangatnya.
Di antara sarana-sarana yang dapat digunakan untuk memperbarui hidup pada bulan Ramadhân adalah sebagai berikut:
1. Waktu sahur adalah waktu penuh berkah yang sering disia-siakan oleh banyak orang sepanjang tahun. Bulan Ramadhân datang untuk mengingatkan mereka akan pentingnya waktu ini, sehingga mereka pun bangun untuk membekali fisik dengan makanan. Sayangnya, kebanyakan orang menghabiskan waktu ini hanya untuk makan, tetapi melupakan hadits Rasulullah: "Sesungguhnya Allah turun pada sepertiga malam terakhir ke langit Dunia, seraya berfirman (yang artinya): 'Apakah ada yang sedang meminta sehingga Aku akan memberinya rezeki? Apakah ada yang sedang memohon ampun sehingga Aku ampuni? Apakah ada yang sedang melakukan ini? Apakah ada yang sedang melakukan itu?' Dan itu terus berlanjut sampai terbit fajar."
Betapa butuhnya kita kepada waktu penuh berkah ini untuk memperbarui hidup dan memohon kepada Allah agar memperbaiki kualitas agama serta kehidupan dunia dan Akhirat kita.
2. Shalat Subuh di mesjid. Amalan ini juga sering dilalaikan oleh banyak orang sepanjang tahun. Ramadhân datang mengingatkan mereka bahwa ada shalat yang disaksikan oleh para Malaikat di mesjid. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Dan (laksanakan pula shalat) Fajar (Subuh), sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan (oleh para Malaikat)." [QS. Al-Isrâ': 78]
Rasulullâh—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Beri kabar gembiralah orang-orang yang berjalan dalam kegelapan menuju mesjid bahwa mereka akan memperoleh cahaya yang sempurna pada hari Kiamat kelak. Ketika manusia penuh ketakutan, mereka tidak merasa takut."
3. Berdoa dan memperbanyak permohonan kepada Allah. Ini adalah hal yang penting, apalagi di bulan yang penuh berkah ini, karena doa orang yang berpuasa itu mustajab. Dalam sebuah hadits disebutkan: "Ada tiga golongan orang yang tidak akan ditolak doa mereka, (di antaranya): doa orang yang berpuasa hingga ia berbuka." Di dalam riwayat lain disebutkan dengan redaksi: "Doa orang yang berpuasa di saat ia berbuka."
Para ulama mengatakan bahwa Allah meletakkan ayat tentang doa di sela-sela ayat-ayat yang berbicara tentang puasa untuk menunjukan bahwa doa pada saat berpuasa tidak akan pernah ditolak. Betapa banyak kebutuhan-kebutuhan kita yang sangat kita harapkan akan dikabulkan oleh Allah!
4. Membaca, menghayati, dan mentadaburi Al-Quran. Bulan Ramadhân merupakan bulan Al-Quran. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Bulan Ramadhân, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, serta pembeda (antara yang hak dan yang batil)." [QS. Al-Baqarah: 185].
Seorang muslim dianjurkan mengkhatamkan Al-Quran meskipun hanya satu kali, disertai dengan penghayatan dan tadabur.
5. Shalat berjemaah di mesjid. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—bersabda, "Barang siapa yang berjalan ke mesjid pada pagi atau sore hari niscaya Allah akan mempersiapkan untuknya tempat tinggal di Surga setiap kali ia berjalan itu."
Banyak lagi sarana lain yang dapat kita gunakan untuk memperbarui hidup kita di bulan Ramadhân ini, di antaranya; memperbanyak ibadah sunnah, melakukan qiyâmullail, bersedekah, silaturahim, menyelami makna-makna persaudaran karena Allah, dan peka terhadap perasaan muslim yang lain. Semua itu memberikan makna lain terhadap hidup bukan seperti makna yang biasa kita alami.
Sarana paling penting untuk memperbarui hidup adalah apa yang dikandung oleh kata pertama yang diwahyukan kepada Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—pada bulan Ramadhân, yaitu kata: "Iqra'" (bacalah). Membaca dengan nama Allah merupakan sarana awal untuk meningkatkan kualitas wawasan keislaman sekaligus menebar kesadaran di tengah Umat.
Karena itu, seorang muslim sudah seharusnya menyisihkan waktunya minimal satu jam di bulan Ramadhân untuk membaca. Dimulai dari membaca sejarah Rasulullah, karena ia merupakan wadah tempat Islam diturunkan.
Semua sarana ini merupakan permulaan (untuk memperbarui hidup), bukan sebuah akhir. Banyak orang menduga bahwa mereka cukup mengerjakan kewajiban-kewajiban ini pada bulan Ramadhân, kemudian meninggalkannya setelah bulan Ramadhân berakhir. Inilah yang justru membuat kita selalu mundur. Bulan Ramadhân adalah amunisi yang semestinya memicu kemajuan, kesinambungan amal, serta peningkatan dalam setiap diri kita. Bukan sekedar momen musiman sebagaimana musim-musim lain yang biasa kita tinggalkan ketika ia berakhir.
Wallâhu waliyyut taufîq.