Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan bulan Ramadhan sebagai musim pahala dan keuntungan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi pembawa petunjuk dan kemenangan, beserta keluarga, para shahabat beliau, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan setia sampai hari Kiamat.
Saudaraku para pemuda, tulisan ini saya tujukan kepada Anda sebagai ungkapan dari seorang saudara kepada saudaranya, atau ungkapan seorang pencinta kepada orang yang dicintainya, atau ungkapan seorang teman yang menyayangi, menasihati, dan menginginkan kebaikan untuk temannya serta mengharapkan kemenangan dan keberuntungan untuknya. Oleh sebab itu, perhatikanlah dan bukalah hati Anda untuk menerima apa yang akan saya sampaikan. Jangan melihat kepada kekurangan orang yang menasihati, tetapi lihatlah apa yang disampaikannya kepada Anda. Seandainya itu adalah kebaikan, terimalah. Namun jika sebaliknya, buanglah.
Saudaraku yang terhormat, bekal apa yang telah Anda siapkan untuk diri Anda pada bulan Ramadhan? Bulan agung yang di dalamnya pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu Neraka ditutup, dan Syetan-syetan dibelenggu. Di dalamnya, Allah membebaskan para hamba-Nya yang shalih dari api Neraka.
Sudahkah Anda bertekad untuk bertobat di dalamnya? Apakah Anda sudah memutuskan untuk kembali kepada Allah? Apakah Anda sudah berniat meninggalkan seluruh dosa dan kemungkaran, lalu membuka lembaran baru bersama Tuhan seluruh makhluk? Apakah Anda telah merancang program ibadah harian pada bulan ini? Dan bagaimana cara Anda menyambut siang dan malamnya yang agung itu?
Inilah beberapa pertanyaan yang harus dijawab dengan jujur, amanah, dan keterusterangan, agar kita tidak masuk dan keluar dari bulan mulia ini tanpa mencatatkan ibadah dan ketaatan, dan seluruh waktu Ramadhan terbuang percuma.
Mulailah dengan Tobat
Saudaraku para pemuda, ketika saya menasihati Anda untuk memulai dengan tobat, tidak berarti saya menuduh negatif diri Anda. Tobat adalah awal dan akhir dari sebuah perjalanan. Ia adalah sebuah terminal yang dibutuhkan oleh orang-orang yang berjalan menuju Allah dalam setiap fase perjalanan dan hijrah mereka menuju-Nya. Artinya, tobat bukanlah istilah yang berlaku bagi para pendosa dan mereka yang mencampuradukkan kebaikan dengan keburukan saja sebagaimana yang dikira oleh kebanyakan orang. Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam, pemimpin orang-orang yang taat, sekaligus imam para ahli ibadah, bersabda, "Wahai manusia, bertobatlah kepada Allah. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Nya seratus kali dalam sehari." [HR. Muslim]
Ketika Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk bertobat, Dia menyeru mereka atas nama iman mereka, sebagaimana tercantum dalam firman-Nya (yang artinya): "Dan bertobatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung." [QS. An-Nûr: 31]
Kita semua memiliki banyak dosa, kesalahan, dan pelanggaran. Siapa di antara kita yang tidak pernah melakukan kesalahan? Siapa di antara kita yang tidak pernah berbuat dosa? Siapa di antara kita yang tidak pernah melakukan maksiat?
Allah—Subhânahu wata`âlâ—Maha Pengampun dosa. Dia mengulurkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima tobat orang yang berbuat dosa pada siang harinya, lalu mengulurkan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima tobat orang yang berbuat dosa pada malam harinya. Allah berbahagia dengan tobat orang-orang yang bertobat. Allah gembira melihat penyesalan orang-orang yang melakukan maksiat dan dosa. Oleh sebab itu, disebutkan oleh Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—dalam sabda beliau, "Allah—Subhânahu wata`âlâ—membuat pintu tobat di sebelah barat, lebarnya empat puluh tahun perjalanan, tidak Dia tutup sampai matahari terbit dari tempat tenggelamnya (di sebelah barat)." [HR. Ahmad dan At-Tirmidzi. Menurut At-Tirmidzi: hasan shahîh]
Saudaraku para pemuda, tobat adalah hal yang mudah dan gampang. Tidak ada kesulitan dan beban di dalamnya. Tobat hanya terdiri dari tiga unsur: meninggalkan, menyesal, dan bertekad. Maksudnya, meninggalkan dosa dan pelanggaran yang pernah dilakukan, menyesal karena telah melakukannya pada waktu yang lalu, dan bertekad untuk tidak melakukannya lagi pada masa yang akan datang.
Urgensi Waktu
Saudaraku kaum pemuda, jika Anda menyesali apa yang telah berlalu, dan Anda tidak lagi melakukan pelanggaran dan dosa pada masa yang akan datang, maka berikutnya Anda wajib memperhatikan usia Anda, serta memperbaiki masa yang sedang Anda lalui, yaitu masa yang berada di antara masa lalu dan masa yang akan datang itu. Jika Anda melalaikannya, berarti Anda telah membuang kebahagiaan dan keselamatan diri Anda. Jika Anda menjaganya dengan senantiasa memanfaatkan waktu, niscaya Anda akan selamat dan memperoleh ketenangan, kelezatan, dan kenikmatan.
Imam Ibnul Jauzi berkata, "Aku melihat mayoritas makhluk manusia menghabiskan waktu dengan cara yang aneh. Jika waktu malam begitu panjang, mereka habiskan untuk membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat, atau membaca buku yang tidak berguna. Jika siangnya panjang, mereka habiskan untuk tidur. Setiap pagi dan petang mereka berada di tepian sungai Tigris atau di pasar-pasar. Saya mengumpamakan mereka dengan sekumpulan orang yang sedang berbincang-bincang di atas sebuah kapal yang sedang berlayar, dan mereka tidak mendapatkan berita apa-apa. Saya melihat hanya segelintir orang telah memahami makna wujud, dan mereka selalu mempersiapkan bekal dan bersiap-siap untuk berangkat. Manfaatkanlah musim-musim amal, dan segeralah bertobat sebelum terlambat."
Ia juga berkata, "Adalah sebuah kemestian bagi setiap orang mengetahui keutamaan zaman dan nilai waktunya. Janganlah ia membiarkan satu detik pun berlalu tanpa mendekatkan diri kepada Allah. Hendaklah ia mempersembahkan perkataan dan amal terbaik kepada-Nya. Hendaklah niatnya dalam kebaikan selalu terpelihara tanpa pernah putus melakukan amal yang bisa dipikul badannya. Sejumlah orang dari generasi salaf selalu berpacu dengan waktu. Suatu ketika, seseorang berkata kepada `Âmir ibnu `Abdi Qais, 'Berbicaralah denganku!' Ia menjawab, 'Tahanlah gerak matahari, baru aku bisa berbicara denganmu.'"
Pada suatu kesempatan, beberapa orang menjenguk seorang ulama salaf yang sedang sakit menjelang kematiannya. Saat itu, mereka melihat ulama ini melakukan shalat. Mereka pun lalu memarahinya. Ulama itu mengatakan, "Saat ini, catatan amalku ditutup."
Jika seorang manusia menyadari—sekeras apa pun usahanya—bahwa kematian akan menghalanginya dari beramal, niscaya di dalam hidupnya ia akan melakukan amalan yang pahalanya kekal sampai setelah ia meninggal.
Beberapa Contoh Kesungguhan Generasi Salaf
Saudaraku, berikut ini adalah beberapa contoh gemilang tentang kesungguhan generasi awal Umat ini dalam beribadah dan menaati Allah—Subhânahu wata`âlâ. Semoga dengan mengetahuinya, semangat dan kecintaan Anda terhadap ibadah menjadi terpompa.
1. Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—shalat sampai kaki beliau bengkak. Para shahabat heran dan bertanya mengapa beliau berbuat demikian. Beliau bersabda kepada mereka, "Tidak patutkan aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?" [HR. Al-Bukhâri dan Muslim];
2. Abu Bakar—Semoga Allah meridhainya—sering menangis, terutama ketika shalat dan membaca Al-Quran;
3. Di pipi Umar—Semoga Allah meridhainya—terdapat dua garis hitam karena sering menangis;
4. `Utsman ibnu 'Affân—Semoga Allah meridhainya—mengkhatamkan Al-Quran dalam satu rakaat shalat;
5. Ali ibnu Abi Thalib—Semoga Allah meridhainya—menangis dalam mihrabnya sampai janggutnya basah karena air mata. Ia pernah mengatakan, "Wahai dunia, perdayalah orang selainku. Sesungguhnya aku telah menalakmu dengan talak tiga yang tidak ada rujuk lagi setelahnya.";
6. Qatâdah selalu mengkhatamkan Al-Quran satu kali setiap tujuh hari. Sedangkan pada bulan Ramadhan, ia mengkhatamkannya satu kali setiap tiga hari. Pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, ia mengkhatamkannya setiap hari;
7. Sufyân Ats-Tsauri menangis mengeluarkan air mata darah karena takut pada Allah;
8. Sa`id ibnul Musayyab selalu berada di mesjid. Ia tidak pernah meninggalkan shalat jemaah selama empat puluh tahun.
Ramadhan adalah Peluang bagi Para Pemuda
Saudaraku, para pedagang dunia tidak pernah berhenti berusaha, mengerahkan seluruh kemampuan untuk mengambil setiap peluang, serta menempuh segala cara demi meraup keuntungan besar. Lalu kenapa Anda tidak berdagang dengan Allah? Yaitu berusaha berpacu melakukan ketaatan dan amal shalih untuk mendapatkan keuntungan yang melimpah dan ganjaran pahala yang besar dari-Nya.
Saudaraku, Ramadhan merupakan salah satu peluang terbesar yang harus dimanfaatkan sungguh-sungguh dan disambut dengan persiapan yang matang oleh orang-orang yang bertakwa. Ia tidak boleh dilalaikan oleh orang-orang yang sadar akan diri mereka. Ramadhan adalah bulan ampunan dosa-dosa, bulan untuk mendapatkan Surga dan dibebaskan dari api Neraka, tentunya bagi orang yang berhati bersih, berperilaku lurus, tidak menyia-nyiakan waktunya untuk sesuatu yang memudharatkannya atau tidak bermanfaat baginya.
Saudaraku, berikut beberapa catatan yang semoga bisa membantu Anda memanfaatkan waktu pada bulan ini dan mengisinya dengan amal-amal shalih:
1. Puasa adalah ibadah, bukan kebiasaan.
Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]
Keimanan yang dimaksud dalam hadits ini adalah keimanan kepada Allah dan keyakinan terhadap pahala yang Dia sediakan untuk orang-orang yang berpuasa. Mengharapkan pahala dari Allah artinya adalah bukan didorong oleh rasa riya dan sum`ah, tidak pula demi mendapatkan harta atau jabatan apa-apa.
2. Ramadhan adalah nikmat yang harus disyukuri.
Saudaraku, ingatlah orang-orang yang telah dijemput kematian sebelum kedatangan bulan Ramadhan. Amal mereka telah terputus, dan buku catatan amal mereka telah ditutup. Mereka tidak lagi bisa memperoleh satu kebaikan pun. Tidak kuasa lagi melakukan amal-amal yang makruf, meskipun sedikit.
Sedangkan Anda, saudaraku, Allah telah memanjangkan usia Anda sehingga bisa bertemu dengan bulan yang agung ini. Allah juga memberi Anda kesiapan diri untuk mencari pahala dan ganjaran yang ada di dalamnya. Demi Allah, ini adalah sebuah nikmat besar yang harus disyukuri dan pantas dipersembahkan sanjungan tulus untuk Allah karenanya.
3. Tidur dan bergadang.
Saudaraku, jika Anda menghabiskan siang bulan Ramadhan untuk tidur dan malamnya untuk bergadang, Anda tidak akan mendapatkan pahala puasa dan pahala menghidupkan malam Ramadhan. Sehingga Anda pun keluar dari bulan ini dengan tangan hampa. Demi Allah, Ramadhan hanyalah beberapa hari saja, dan malamnya hanyalah beberapa malam saja. Baru saja ia datang ke tengah kita, beberapa saat kemudian sudah ada isyarat bahwa ia akan pergi. Karena itu, bersungguh-sungguhlah beribadah di dalamnya agar Anda memperoleh kelezatan dan kenikmatan di Akhirat nanti. Janganlah Anda bertemu dengan bulan ini dalam keadaan lalai. Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Terhinalah orang yang didatangi oleh Ramadhan dan kemudian berlalu darinya sebelum ia diampuni." [HR. At-Tirmidzi dan Al-Hâkim. Menurut Al-Albâni: shahîh]
4. Membaca Al-Quran.
Ramadhan adalah bulan Al-Quran. Jika Ramadhan datang, para ulama generasi salaf biasanya bersungguh-sungguh membaca Al-Quran dan mendahulukannya dibandingkan ibadah-ibadah lain. Bahkan diriwayatkan bahwa sebagian mereka ada yang mengkhatamkan Al-Quran setiap malam. Karena itu, bersungguh-sungguhlah membaca Al-Quran pada bulan ini. Bacalah dengan tenang, tidak tergesa-gesa, penuh tadabur, dan khusyuk. Amalkanlah pula hukum-hukum tilawah (tajwid) semampu Anda.
5. Qiyâmullail.
Qiyâmullail hukumnya sunnah mu'akkadah di luar Ramadhan. Dan ia semakin dianjurkan pada bulan Ramadhan. Maksud qiyâmullail pada bulan Ramadhan adalah menunaikan shalat Tarawih yang didirikan oleh kaum muslimin di mesjid. Shalat ini hendaklah dijaga dan ditunaikan dengan sempurna bersama imam. Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Barang siapa yang shalat bersama imamnya sampai imam selesai dicatatlah baginya pahala menghidupkan satu malam penuh." HR. Imam-imam pemilik kitab Sunan. Menurut At-Tirmidzi: shahîh]
6. Sedekah.
Sedekah pada bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan keutamaan yang lebih dibandingkan sedekah pada bulan lain. Dalam hadits disebutkan, bahwa jika datang bulan Ramadhan, kedermawanan Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—melebihi angin yang berhembus. Gigihlah bersedekah dan berderma pada bulan ini dengan apa yang Anda miliki.
7. Membukakan orang yang berpuasa.
Perbanyaklah membukakan orang yang berpuasa dan memberi makan fakir miskin. Rasululllah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Barang siapa yang membukakan (memberi makan berbuka) orang yang berpuasa, ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang dibukakannya itu." [HR. Ahmad dan At-Tirmidzi. Menurut At-Tirmidzi: shahîh]
8. Senantiasa Berada di mesjid.
Sebaik-baik tempat di muka bumi adalah mesjid. Oleh sebab itu, jagalah shalat berjemaah di mesjid, berusahalah selalu menunggu shalat setelah shalat. Jangan tinggalkan ibadah sunnah sekecil apa pun. Sesungguhnya ibadah sunnah akan menutupi kekurangan yang ada dalam ibadah fardhu serta akan mengundang cinta Allah—Subhânahu wata`âlâ. Allah—Subhânahu wata`âlâ—berfirman dalam sebuah hadits Qudsi: "Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah sampai Aku mencintainya." [HR. Al-Bukhâri]
9. Umrah Ramadhan.
Umrah pada bulan Ramadhan memiliki keutamaan yang besar. Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Umrah pada bulan Ramadhan menyamai haji." atau: "menyamai haji bersamaku." [HR. Al-Bukhâri]
10. Sepuluh Hari Terakhir.
Saudaraku, berusahalah agar kesungguhan Anda pada sepuluh hari terakhir Ramadhan melebihi kesungguhan Anda pada hari-hari sebelumnya. Di dalam hadits disebutkan: "Apabila datang sepuluh hari terakhir Ramadhan, Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—membangunkan keluarga beliau, menghidupkan malam beliau, bersungguh-sungguh dalam ibadah, serta mengencangkan ikatan sarung beliau." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]
11. Lailatul Qadar.
Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, terutama pada malam-malam ganjilnya. Hidupkanlah malam-malam itu dengan ibadah shalat, tarawih, membaca Al-Quran, berzikir, berdoa, dan berbagai ketaatan lainnya. Sesungguhnya ganjaran ibadah pada malam Lailatul Qadar lebih baik daripada pahala ibadah seribu bulan.
12. Menundukkan Pandangan.
Menundukkan pandangan adalah ibadah yang jarang dilakukan oleh manusia. Kewajiban yang agung ini belum dihidupkan oleh kebanyakan orang.
13. Zikir.
Berzikirlah mengingat Allah dalam setiap keadaan. Orang-orang yang berzikir akan memperoleh kebaikan di dunia dan Akhirat.
14. Doa.
Doa adalah ibadah. Ia adalah tanda kefakiran dan kebutuhan seorang hamba kepada Tuhannya dalam setiap keadaan. Allah—Subhânahu wata`âlâ—menamakan doa sebagai ibadah dalam firman-Nya (yang berarti): "Dan Tuhanmu berfirman (yang artinya): 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan doa kalian. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah (berdoa) kepada-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina-dina." [QS. Ghâfir: 60]
Saudaraku, apa yang sudah Anda lakukan terkait ibadah doa ini?
15. Iktikaf.
Iktikaf artinya menetap di mesjid dan menyendiri untuk melakukan ketaatan kepada Allah. Janganlah Anda sia-siakan hari-hari dan waktu iktikaf Anda dengan sesuatu yang tidak perlu, jangan buang peluang emas itu dengan membicarakan perkara-perkara yang sepele, sehingga orang yang tidak beriktikaf justru lebih baik daripada Anda.
16. Makanan dan Minuman.
Hindarilah makan dan minum secara berlebihan, karena itu akan menyebabkan anda loyo, lemah, dan malas beribadah.
17. Beberapa Kemungkaran yang Harus Dihindari:
· Berhenti merokok di siang hari Ramadhan menunjukkan kuatnya tekad Anda. Kenapa Anda tidak mau berhenti secara total sepanjang siang dan malam?;
· Janganlah mendengarkan musik-musik, karena ia dapat merusak hati, melahirkan sikap sembrono, dan melemahkan semangat;
· Jadikanlah bulan Ramadhan sebagai peluang untuk melepaskan diri dari tawanan sinetron, film-film, pertandingan olah raga, dan program-program yang tidak berguna lainnya;
· Janganlah banyak bercanda dan tertawa. Karena banyak bercanda dan tertawa dapat mengeraskan hati dan melalaikan kita dari mengingat Allah;
· Janganlah berteman dengan orang-orang yang tidak baik dan tidak mempunyai pekerjaan. Karena jika Anda berteman dengan mereka, Anda pun akan menjadi sama dengan mereka;
· Seburuk-buruk tempat di muka bumi adalah pasar. Karena itu, janganlah Anda berada di sana kecuali bila ada keperluan;
· Berkhalwat atau berbaur (ikhtilâth) dengan wanita yang bukan muhrim adalah salah satu penyebab keburukan, kerusakan, dan turunnya bencana besar. Karenanya, janganlah Anda melakukan itu;
· Jauhilah kejahatan lidah, karena ia akan mengurangi pahala puasa. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan yang tidak benar, maka Allah tidak membutuhkan (puasanya) saat ia meninggalkan makan dan minumnya." [HR. Al-Bukhâri]