Hanya Dua Kali Dalam Sembilan Puluh Tahun

30/11/2023| IslamWeb

Apa yang dimaksud dengan "dua kali" ini?

Apa pula cerita "sembilan puluh tahun" itu?

Simaklah apa yang akan kami sampaikan di bawah ini:

Hakim Agung wilayah Syam, Sulaiman ibnu Hamzah Al-Maqdisi—keturunan Imam Ibnu Qudamah pengarang kitab Al-Mughni—berkata, "Aku sama sekali tidak pernah melaksanakan shalat wajib sendirian (tidak berjemaah) kecuali hanya dua kali, dan aku (merasa) seolah-olah tidak mengerjakan dua shalat itu."

Tahukah Anda, berapa umur Sulaiman Al-Maqdisi ketika ia mengucapkan kalimat di atas? Umurnya ketika itu kira-kira sembilan puluh tahun.

Saya seolah-olah dapat melihat ekspresi wajah Anda saat ini yang dengan mulut menganga, berkata kepada diri sendiri dengan suara lirih karena malu, "Sembilan puluh tahun ia tidak pernah meninggalkan shalat jemaah kecuali hanya dua kali, sementara saya yang masih muda belia, hampir setiap minggu berlalu, dan shalat jemaah terlewat begitu saja minimal dua kali!"

Dari sini, muncul pertanyaan, mengapa ulama salaf dan para shahabat Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—sangat serius menjaga shalat berjemaah? Sampai-sampai ada di antara mereka yang berkata ketika meninggalkannya dua kali seumur hidup, "Seolah-olah aku tidak mengerjakan shalat itu."

Jawabannya simpel saja, yaitu: Mereka menyadari betul keutamaan shalat berjemaah. Pada saat yang sama, mereka juga sangat setia mengikuti nasihat-nasihat Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam. Beliau, di dalam banyak hadits, memang senantiasa mendorong umat Islam untuk melaksanakan shalat berjemaah. Di antara hadits-hadits tersebut antara lain:

·     Sabda Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, "Barang siapa yang bersuci di rumahnya, kemudian berjalan menuju sebuah rumah Allah (mesjid) untuk melaksanakan kewajiban yang telah diwajibkan Allah, niscaya kedua langkah kakinya; yang satu menghapuskan dosanya dan yang kedua mengangkat derajatnya."

·        Sabda beliau, "Barang siapa yang pergi ke mesjid di waktu subuh atau sore hari, niscaya Allah menyediakan baginya tempat tinggalnya di Surga setiap kali ia berangkat di waktu pagi atau sore hari itu."

·     Sabda beliau, "Manusia yang paling besar pahalanya dalam shalat adalah orang yang paling jauh perjalanannya menuju tempat shalat itu, kemudian disusul oleh orang yang jauh setelahnya. Dan orang yang menunggu waktu shalat sampai kemudian ia laksanakan bersama imam lebih besar pahalanya daripada orang yang melakukan shalat kemudian tidur."

Lihatlah saudaraku, bagaimana Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—sangat mengagungkan masalah shalat berjemaah. Oleh karena itulah mengapa kita tidak pernah mendengar ada seorang tokoh generasi salaf pun yang meremehkan shalat berjemaah dengan alasan adanya perbedaan pendapat ulama tentang kewajibannya. Dan kita pada zaman sekarang, tentu sangat membutuhkan pahala yang besar seperti ini.

Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa shalat berjemaah memiliki sangat banyak manfaat, selain pahalanya yang besar.

Jika Anda ingin khusyuk dalam shalat Anda dan merasakan kemanisannya, hendaklah Anda shalat berjemaah. Karena Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Syetan akan bersama orang yang sendirian, dan ia akan lebih jauh dari orang yang berdua."

Jika Anda ingin bernaung di bawah 'Arsy (singgasana) Allah pada hari Kiamat kelak, hendaklah Anda selalu menunaikan shalat berjemaah, supaya hati Anda senantiasa terpaut dengan mesjid dan tergolong ke dalam sabda Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam: "Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah pada hari yang tiada naungan selain naungan Allah ketika itu." Salah satu golongan itu adalah: "Seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan mesjid."

Jika Anda ingin mendapatkan dua kemerdekaan, yaitu kemerdekaan dari Neraka dan kemerdekaan dari sifat munafik, jagalah shalat berjemaah dengan mendapatkan takbiratul ihrâm bersama imam, selama empat puluh hari berturut-turut, sebagaimana diberitakan oleh Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam.

Akhirnya, wahai saudaraku, Anda harus mengetahui bahwa tidak ada sarana yang lebih Allah cintai untuk mendekatkan diri kepada-Nya melebihi shalat lima waktu dengan berjemaah, sebagaimana firman Allah dalam sebuah hadits Qudsi: "Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada ibadah-ibadah yang aku wajibkan kepadanya."

Karena itu, mulailah dari sekarang untuk menjaga shalat berjemaah di mesjid, dan singkirkanlah debu-debu kemalasan.

Saya mengakhiri tulisan ini dengan sebuah perilaku ajaib dari seorang pencinta shalat berjemaah. Ia adalah Ibrahim ibnu Maimun Al-Marwazi, seorang dai dan ahli hadits terpercaya. Pekerjaannya adalah mencetak emas dan perak. Ibnu Ma'în berkata tentangnya, "Apabila ia sedang mengangkat palu (untuk memukul emas/perak), kemudian mendengarkan azan, ia tidak akan memukulkan palu itu (dan langsung memenuhi panggilan shalat)."

[Sumber: www.islammemo.cc]

 

 

www.islamweb.net